Kanker

Kanker Serviks 100% Dapat Dicegah

02 May 2018

Jika kengerian itu dapat dicegah, kenapa tidak kita cegah?

Kanker serviks (leher rahim) merupakan keganasan yang menyerang serviks, yaitu bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang sanggama (vagina) atau ibarat "pintu masuk". Perubahan sel normal di serviks menjadi sel kanker membutuhkan waktu 10-20 tahun lamanya, sehingga sebetulnya masih ada kesempatan cukup lama untuk mendeteksi dan menanganinya sebelum benar-benar menjadi kanker serviks.

Setiap wanita baik usia muda maupun matang yang telah melakukan hubungan seksual atau aktif secara seksual memiliki risiko terkena kanker serviks. Risiko ini akan semakin meningkat dengan adanya beberapa faktor diantaranya menikah, melakukan hubungan seksual di usia belia (< 20 tahun), kehamilan yang sering, kebiasaan bergonta-ganti pasangan seksual, dan kebiasaan merokok. Telah diketahui juga bahwa sekitar 99.7% kasus kanker serviks disebabkan oleh infeksi Human Papilloma Virus (HPV) tipe risiko tinggi.

Kebanyakan kanker serviks stadium awal berlangsung tanpa gejala. Sejalan dengan berkembangnya kanker, dapat menimbulkan berbagai gejala seperti perdarahan melalui vagina, keputihan abnormal (bercampur darah dan berbau), nyeri panggul, dan sulit buang air kecil. Sayangnya, saat gejala-gejala tersebut muncul, tingkat kesembuhannya sudah sangat kecil. Padahal jika dapat terdeteksi sejak stadium awal, sebetulnya masih ada peluang kesembuhan yang tinggi.

Meski tidak bergejala, kanker serviks stadium awal dapat dideteksi melalui skrining rutin (melakukan pemeriksaan tanpa menunggu munculnya gejal). Beberapa metode skrining kanker serviks yang saat ini dikenal, antara lain:

  • Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA)

Merupakan skrining kanker serviks yang paling sederhana, cepat dan murah. Pemeriksaan ini dilakukan dengan megoles larutan asam asetat 3-5% pada serviks. Dalam waktu 10 menit, jika hasil olesan tersebut menunjukkan adanya perubahan warna, yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan terdapat kelainan di sel serviks. Sayangnya, pemeriksaan ini memilki sensitivitas dan spesifisitas yang lebih rendah dibandingkan dengan metode skrining kanker serviks yang lain.

  • Pemeriksaan Sitologi (Pap Smear)

Pap smear adalah pemeriksaan untuk melihat adanya perubahan morfologi (bentuk dan fungsi) sel-sel serviks dengan teknik pewarnaan Papanicolau, kemudian diamati di bawah mikroskop. Bahan pemeriksaan (sampel) untuk pap smear diambil melalui liang vagina. Terdapat 2 (dua) jenis pap smear, yaitu pap smear konvensional dan sitologi serviks berbasis cairan (SSBC).

Sitologi serviks berbasis cairan (SSBC) merupakan metode baru untuk meningkatkan keakuratan deteksi kelainan sel-sel serviks. Pada metode ini, sampel dimasukkan ke dalam cairan khusus untuk memisahkan sel-sel atau faktor pengganggu lainnya, sebelum dilihat di bawah mikroskop. Selain itu, preparat (objek yang diperiksa) yang diperoleh akan lebih jelas dan hasil pengamatan di bawah mikroskop lebih akurat, sehingga kelainan kecil pada sel serviks akan lebih mudah terdeteksi.

  • Pemeriksaan HPV-DNA

Pemeriksaan HPV-DNA adalah pemeriksaan molekuler yang secara langsung bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya Human Papilloma Virus (HPV) pada sel-sel yang diambil dari serviks. Infeksi HPV tipe risiko tinggi, yakni 16, 18, 31, 33, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68, telah diketahui sebagai penyebab utama kanker serviks. Karenanya pada tahun 2003, Food Drug and Administration (FDA) menyetujui penggunaan pemeriksaan HPV-DNA bersamaan dengan pap smear sebagai skrining primer kanker serviks pada wanita, terutama pada usia dia atas 30 tahun.

Kata "kanker" memang sering menimbulkan rasa ngeri. Namun jika kengerian itu dapat dicegah, kenapa tidak kita cegah? Lakukan pemeriksaan pap smear dan HPV-DNA secara rutin untuk deteksi dini kanker serviks. Semakin dini terdeteksi, semakin tinggi pula peluang kesembuhannya.